Kisah Cat Falcon dan Dibalik Rusaknya Polytron

Seperti biasa kalau hari sabtu dan minggu sehabis sholat berjamaah Shubuh saya kembali meniduri kasur kamar saya karena kedua hari tersebut libur. Sangat pagi sekali sekitar pukul 06.45 saya dibangunkan oleh suara tamu yang berkunjung ke rumah saya, dia bercengkrama dengan bapak saya cukup lantang sampai-sampai aku terbangun.

'Wah ini harga komponen sama biaya perbaikanya sekitar 160 ribu Pak' Ternyata tamu tersebut adalah tukan service teve yang sengaja bapak undang untuk memperbaiki teve kami yang rusak sudah sekitar satu bulan.

Teve rusak bermerk POLYTRON

Mereka sangat akrab bagaikan kawan lama yang sudah lama tak berjumpa dan kini berjumpa, terpaksa aku bangun dan bergegas ke dapur untuk mencari makanan atau cemilan yang bisa menemani pagi itu.

Hari semakin siang mulai nampak kehidupan di kampung saya, ada yang pergi ke sawah ada yang bergegas ke pasar, dan kakak saya sekeluarga juga ikut bersiap-siap untuk pergi ke Sukabumi untuk menjenguk saudaranya di RS Hermina, adik saya ikut mengantar kakak saya ke stasiun kereta api Cibeber, sekalian liburan jadi ke Sukabuminya naik kereta api sekeluarga.

Beranjak siang bapak saya seperti biasa melihat-lihat proyek pembangunan Madrasah yang sekarang dalam tahap pengecatan, hampir satu tahun lebih pembangunan Madrasah tersebut berjalan, dengan tidak banyak mempekerjakan tukang bangunan yang penting sedikit demi sedikit yang penting pembangunan terus berjalan itu prinsip bapak saya.

Hari itu cat yang digunakan sudah tinggal seperempat kurang lagi, padahal yang harus dicat masih cukup luas.

Ember cat yang sudah kosong

'Harus beli cat tapi belum punya uang, senin sih insha Alloh ada uangnya, tapi butuhnya sekarang' ungkap bapak pada saya.
'Emang harganya berapa Bah?' tanya saya kepada Abah-bapak.
'350 ribu untuk cat 25 Kg' balas bapak saya.

Karena hari sabtu semua bank tutup jadi terpaksa tidak bisa mengambil uang, dan kebetulan karena bapak saya seorang pensiunan jadi harus bawa uangnya langsung ke bank tidak lewat ATM, terpaksa harus nunggu hari senin.

Bapak saya merasa harus membeli catnya hari ini karena nanggung, saya belum punya uang saat itu jadi terpaksa bapak meminjam ke adiknya bapak, paman saya juga.

Alhamdulillah paman sedang punya uang lebih jadi bisa dipinjam untuk beberapa hari kedepan, jadi cat pun berhasil dibeli hari itu juga kurang lebih jam 11.37, emang pertolongan itu datangnya dari mana saja asal kita mau berusaha.

Beranjak siang sekitar pukul 12.45 hujan pun turun, kesejukan mulai terasa, ikan-ikan seolah berbahagia menyambut setiap tetes hujan tersebut, tanah yang selalu siap menerima aliran hujan hingga rela menyimpankan buih-buih air untuk manusia manfaatkan.

'Kaang... kaang... assalamualayikum..' terdengar senyap suara di depan pintu.
'Waalaikum salaam, eh Bi Ayi, ayoo masuk bi' Ibu saya yang kebetulan berada di ruang tamu sedang duduk sambil membaca.

Sepintas terdengar Bi Ayi yang bertamu ke rumah saya menceritakan kronologi kecelakaan yang menimpa putra sulungnya sampai meninggal dunia, sudah hampir 3 bulan dari kejadian tersebut dan kini Bi Ayi menyempatkan untuk bersilaturahmi ke rumah saya.

Semoga amal ibadah almarhum diterima oleh Allah SWT dan keluarga bisa menerimanya dengan sabar.

'Mi, lihat..' bapak saya menunjukan uang seratus ribuan empat lembar pada saya yang kebetulan lagi di kamar.
'Wah dari siapa Bah?' tanya saya.
'Dari Bi Ayi, sedekah untuk pembangunan Madrasah' jawab bapak saya.
'Alhamdulillah atuh Bah..' ucap saya sambil tersenyum.

Mahakuasa Allah atas semua takdir yang sudah direncanakan, saya tidak habis pikir seperti di FTV saja merasakan kejadian demi kejadian hari itu yang luar biasa seperti sudah direncanakan dengan rapi.

Jam 14.39 saya ditelepon kakak saya yang minta dijemput di Cibeber, saya berangkat bersama adik saya karena hujan masih turun rintik-rintik takut motor saya mogok, kalau berdua mogok pun ada temannya, kebayang kan motor mogok hujan rintik berteduh di tempat kosong, suka ada bayangan yang melintas begitu saja, kenangan bersama seseorang gitu ceritanya, sekian.

Jalanan Kampung Mulai Rusak Kembali

Sehabis jumatan aku mengantar teman untuk menabung di bank BRI, jarak antara kampung dan tempat bank sangatlah jauh, sekitar 6 KM jadi lumayan lah jarak segitu kalau ditempuh dengan jalan kaki, jadi kuputuskan untuk mengeluarkan motor sebagai alat transportasi menuju bank tersebut. Sialnya, motor Supra X aku yang sudah setahun nunggak pajak ada bekas langkah-langkah tikus, ini najis dan harus aku mandikan dulu, alhasil yang rencanannya mau berangkat jam satu jadi molor selama 15 menit.

Aku berangkat dari rumah sekitar pukul 13.16 WIB menempuh perjalanan kurang lebih 6 KM jadi sekitar 20-30 menit baru kita akan sampai di bank, tapi guys diperjalanan aku tak habis pikir banyak jalan yang sangat rusak parah, ada yang ditambal pakai batu koral yang besar-besar dan itu tidak terlalu baik untuk dilalui, jadi terpaksa aku memelankan motorku hing 20-30 KM/Jam, dalam hatiku ini pasti akibat hilir mudik truk-truk besar pengangkut pasir dari galian yang ada di desa sebrangku.


Pas mau masuk ke daerah Cimanggu, lagi-lagi masalah muncul, kali ini macet hampir 10 meter jauhnya yang disebabkan adanya pengumpulan masa untuk konvoi dalam rangka memperingati kelulusan siswa siswi Madrasah, oke tidak masalah karena aku juga dulu pernah merasakan arak-arakan konvoi mengelilingi alun-alun kota Cibeber.

Tiba di bank pukul 14.09 WIB, jadi sekitar 53 menit kami ada diperjalanan, sungguh diluar kelaziman. Karena temanku baru ke bank untuk menabung aku terpaksa mengajarkannya bagaimana mengisi form setoran tunai dan cara antri yang baik, diambilah no antrian yang sebelumnya sudah tersedia di mesin entah apa itu namanya, temanku mengambil no antrian 173 sedangkan no panggil antrian baru 142, dan ini pasti sangat membosankan menunggu di dalam, lebih baik menunggu diluar saja dan kutinggalkan temanku itu sendirian biar dia merasakan bagaimana menunggu itu.

Aku menunggu temanku hampir satu jam lebih diluar, sangat membosankan melihat orang-orang tak menyapaku seperti dikampung, hampir setiap orang yang duduk dikursi sampingku asyik dengan handphonenya, mereka asyik membaca entah apa itu, aku tak berani menyapa atau mengajak bicara karena mungkin aku akan dianggap orang tak ngerti teknologi, tapi ada satu orang yang bertanya kepadaku dengan sangat ramah dan santun, pas aku lihat baju seragamnya ternyata dia adalah satpam bank tersebut, dia bertanya:

'Sudah menabungnya?' Tanya pak satpam
'Saya cuma mengantar teman pak, itu dia orangnya' Jawab saya sambil menunjuk temanku yang baru saja keluar dari bank.

Pas motor lagi dihidupkan, terasa ada basah-basih air mentes dari atas, eh ternyata hujan turun, padahala kondisi saat itu masih terik matahari, ya sudahlah kami berteduh di dekat bank tersebut, sangat kebetulan tidak jauh dari tempat kami berteduh ada tukang mie ayam, yaudah hajar saja sambil nunggu hujan reda, dan Alhamdulillah mie ayam habis hujan pun reda, akhirnya kami bisa pulang.

Eniwey, terima kasih buat yang sudah baca cerita harianku, ini tulisan pertamaku jadi mohon maaf belum menemukan irama menulis yang baik dan asyik, kalau kalian punya saran untuk blogku silakan sampaikan di kolom komentar, sampai jumpa.